Suatu sore yang cerah, kami melihat sebuah bangku taman tua dari kayu jati peninggalan kakek. Catnya sudah memudar dimakan cuaca, tetapi bangkunya masih berdiri kokoh dan nyaman diduduki! Di sudut lain, ada kursi kecil dari kayu biasa yang baru beberapa tahun dibuat namun sudah tampak rapuh dan keropos. Dua pemandangan kontras ini membuat kita berpikir, apa rahasia di balik daya tahan kayu pada furnitur?
Memilih jenis kayu yang tepat untuk furnitur ibarat memilih partner hidup. Pilihan Anda menentukan seberapa lama furnitur akan setia menemani, dari meja makan keluarga hingga lemari pakaian kesayangan.
Mari kita telusuri perbandingan daya tahan beberapa jenis kayu populer untuk furnitur, lengkap dengan kelebihan, kekurangan, dan tips memilih yang paling cocok. Siapkan secangkir kopi, dan yuk mulai petualangan mengenal “karakter” tiap kayu ini!
Memahami Pentingnya Ketahanan Kayu pada Furnitur
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketahanan atau daya tahan kayu? Secara sederhana, ini adalah kemampuan kayu untuk bertahan dari waktu ke waktu menghadapi berbagai tantangan: perubahan cuaca, serangan rayap dan jamur, hingga benturan dan beban harian.
Kayu yang tahan lama tidak akan mudah lapuk, retak, atau dimakan hama, sehingga furnitur yang dibuat darinya bisa berumur panjang. Tentu kita semua ingin meja atau kursi favorit dapat digunakan hingga anak cucu, bukan?

Para ahli mengelompokkan ketahanan alami kayu ke dalam kelas keawetan, biasanya dari kelas I (paling awet) hingga kelas V (paling rendah). Kayu kelas I–II mampu bertahan puluhan tahun, bahkan ada yang kuat menghadapi hujan dan panas tanpa perlakuan khusus.
Sebaliknya, kayu kelas III ke bawah cenderung lebih rapuh dan sebaiknya digunakan untuk indoor atau perlu perlindungan ekstra. Kayu jati misalnya, termasuk kelas I yang terkenal super awet, sedangkan kayu mahoni umumnya masuk kelas III yang butuh perawatan agar tetap tahan lama. Meski demikian, peringkat ini bukan segalanya. Faktor seperti pengeringan, finishing, dan perawatan rutin juga berperan besar.
Dengan lapisan pelindung dan perhatian yang tepat, kayu kelas menengah pun bisa “naik pangkat” ketahanannya. Intinya, memahami karakter tiap jenis kayu akan membantu Anda membuat keputusan cerdas sebelum membeli atau membuat furnitur.
Kayu Jati: Ketahanan Tak Tertandingi Sang “Raja Furnitur”
Kayu jati sering dijuluki raja kayu furnitur, dan julukan ini bukan sekadar isapan jempol. Pengalaman kami membuktikan bahwa furnitur jati dapat bertahan luar biasa lama. Bahkan ada pelanggan yang mewariskan meja jati dari orang tuanya yang masih kokoh hingga kini!

Kayu jati memiliki kandungan minyak alami tinggi yang membuatnya tahan terhadap kelembapan, serangan rayap, dan jamur. Inilah alasan mengapa kursi teras atau bangku taman dari jati mampu bertahan di cuaca panas terik maupun hujan deras, seolah tak gentar menghadapi alam. Secara teknis, jati digolongkan kelas awet I, artinya dari segi ketahanan alami ia berada di tingkat paling atas.
Dari segi kekuatan fisik, kayu jati juga sangat keras dan padat. Meja makan jati tidak mudah tergores alat makan, dan kaki kursinya mampu menopang beban tanpa melengkung. Wah! Tak heran jika furnitur jati kerap dijadikan investasi jangka panjang.
Pernah seorang pelanggan bertanya mengapa harga lemari jati kami cukup tinggi. Kami tersenyum dan menjelaskan bahwa lemari dari jati ibarat investasi: “Barangnya mungkin akan bertahan hingga cucu-cicit Anda dewasa nanti.” Mendengar itu, sang pelanggan pun manggut-manggut setuju. Tentu saja, kualitas sebanding dengan harga – kayu jati asli memang lebih mahal dan langka dibanding kayu lain.
Namun, bila Anda mencari furnitur yang tahan puluhan tahun bahkan di lingkungan outdoor, sulit ada yang menandingi kehebatan jati. Perawatannya pun relatif mudah; tanpa dirawat pun jati bisa awet, apalagi kalau sesekali dilapisi minyak atau finishing ulang, tampilannya makin menawan dan umurnya kian panjang.
Kayu Mahoni: Si Elegan yang Tangguh (Namun Butuh Perawatan)
Berikutnya, mari kenali kayu mahoni, si merah kecokelatan yang sering menjadi primadona furnitur bergaya klasik. Secara tampilan, mahoni memikat hati dengan serat halus dan warna hangat elegan. Banyak lemari, meja rias, hingga buffet antik dibuat dari mahoni karena kayu ini mudah diukir detail dan memberikan kesan mewah. Tapi bagaimana dengan daya tahannya?

Mahoni termasuk golongan kayu keras, namun harus diakui tidak sekuat jati. Ketahanan alaminya tergolong kelas awet III – artinya cukup tahan lama untuk penggunaan dalam ruangan, tetapi kurang cocok dibiarkan menghadapi cuaca luar yang ekstrem.
Sebagai produsen, kami biasanya menyarankan pelanggan menggunakan mahoni untuk furnitur indoor. Misalnya, furnitur ruang tamu atau kamar tidur dari mahoni bisa awet belasan tahun asalkan berada di lingkungan kering dan dirawat dengan baik. Perawatan di sini contohnya memastikan furnitur mahoni diberi finishing (seperti melamin atau politur) yang melindungi dari lembap dan hama. Maklum, berbeda dengan jati, mahoni tidak memiliki minyak alami sebanyak itu, sehingga lebih rentan diserang rayap jika dibiarkan tanpa pelapis.
Kami pernah punya pengalaman sebuah meja TV mahoni di rumah salah satu staf kami yang bagian kakinya dimakan rayap karena ditempatkan di sudut ruang lembap bertahun-tahun. Untung kerusakannya belum parah dan bisa diatasi dengan injeksi obat anti-rayap serta refinishing. Dari kejadian itu kami belajar: furnitur mahoni memang perlu “dimanjakan” dengan pengecekan rutin. Namun, jangan kapok dulu – dengan perhatian yang tepat, mahoni bisa sangat tahan lama. Buktinya, tak sedikit perabot antik berusia puluhan tahun terbuat dari mahoni utuh.
Kuncinya adalah menjaga furnitur mahoni tetap kering, bersih, dan sesekali memberi lapisan ulang agar pesonanya terjaga. Bagi Anda yang menginginkan estetika mewah dengan harga lebih terjangkau daripada jati, mahoni adalah pilihan cerdas asal siap berkomitmen pada perawatannya.
(Sudah kami bahas lebih mendalam perbandingan furnitur jati vs mahoni di artikel lain, Anda bisa membacanya untuk penjelasan lengkap mengenai keunggulan dan kekurangan kedua kayu tersebut.)
Kayu Akasia: Alternatif Tangguh yang Ramah Lingkungan

Jika Anda mencari kayu solid yang kuat dan awet namun dengan harga sedikit lebih bersahabat, kayu akasia patut dipertimbangkan. Akasia merupakan jawara baru di dunia furnitur yang kian populer. Dari pengalaman kami membuat meja dan bangku taman dari akasia, kayu ini mampu bertahan di luar ruangan cukup baik, nyaris mendekati kehandalan jati dalam beberapa kasus.
Akasia memiliki ketahanan alami yang tinggi (tergolong kelas awet II secara umum), artinya cukup tahan terhadap serangan rayap dan jamur. Bahkan, ada yang bilang akasia memiliki zat ekstraktif yang tidak disukai hama, sehingga furnitur akasia lebih aman dari risiko keropos. Tentunya, jika dipakai untuk outdoor, sebaiknya tetap diberi finishing pelindung ya, karena akasia tidak sebinyak jati dalam menolak air.
Salah satu keunggulan akasia adalah sifat seratnya yang indah dan unik. Warna dasarnya cokelat terang dengan pola serat halus, kadang disertai aksen gelap yang artistik. Kami pribadi senang mengolah akasia karena kayu ini relatif mudah dikerjakan (tidak terlalu keras untuk dipotong atau dipaku), namun hasilnya kokoh. Bobotnya lumayan berat menandakan kepadatan yang baik, tapi masih sedikit di bawah jati.
Yang menarik, akasia dikenal sebagai material ramah lingkungan. Pohon akasia tumbuh cepat dan banyak dibudidayakan di perkebunan, jadi penggunaannya membantu mengurangi penebangan jati atau ulin hutan yang pertumbuhannya puluhan tahun. Dari sisi konsumen, Anda dapat memiliki furnitur kayu solid tahan lama dengan harga yang lebih ringan di kantong.
Tentu, kayu akasia bukan tanpa tantangan. Karena karakter seratnya, akasia bisa sedikit rentan retak rambut jika pengeringannya kurang sempurna. Pastikan Anda membeli furnitur akasia dari produsen furnitur tepercaya (seperti kami 😉) yang mengeringkan kayu dengan baik sebelum diolah.
Dengan penanganan yang tepat, furnitur akasia dapat bertahan bertahun-tahun bahkan untuk pemakaian outdoor moderat. Kami sering merekomendasikan bangku teras akasia bagi pelanggan yang menginginkan keseimbangan antara daya tahan dan harga. Hasilnya? Mereka puas karena furniturnya awet, tampilannya eksotis, dan mereka senang mengetahui pilihannya turut mendukung kelestarian alam.
Kayu Pinus: Si Murah Meriah yang Perlu Perlindungan Ekstra
Berbeda dengan jati atau akasia, kayu pinus dikenal luas sebagai opsi ekonomis dalam pembuatan furnitur. Kayu pinus (sering disebut juga jati Belanda di pasaran) mudah ditemukan, ringan bobotnya, dan memiliki warna cerah alami yang menarik untuk gaya rustic atau Skandinavia.

Banyak rak buku, frame tempat tidur, hingga furniture DIY dibuat dari pinus karena selain murah, kayu ini mudah diolah, teksturnya cukup lunak sehingga gergaji dan paku bisa masuk tanpa perlawanan berarti. Bagi pengrajin, pinus ibarat kawan yang penurut saat dibentuk menjadi apa saja. Lalu, bagaimana dengan keawetannya?
Di sinilah kita perlu sedikit berhati-hati. Secara ketahanan alami, kayu pinus tergolong kelas awet III atau bahkan IV tergantung jenis pinusnya. Artinya, ia tidak sebandel jati ataupun akasia dalam melawan kelembapan dan serangga.
Jika Anda menempatkan kursi pinus di teras tanpa finishing anti-air, besar kemungkinan dalam beberapa tahun kayunya akan mulai lapuk atau dimakan rayap. Kami pernah mendapati meja kopi dari pinus milik klien yang ditaruh di teras terbuka mulai muncul lubang-lubang kecil, tanda klasik serangan bubuk kayu. Hal ini terjadi karena pinus tidak punya minyak anti-hama alami; musuh utamanya adalah rayap dan kumbang pemakan kayu. Namun, bukan berarti pinus tidak bisa dipakai sama sekali untuk furnitur, lho!
Kuncinya adalah perlindungan dan peruntukan yang tepat. Gunakan kayu pinus terutama untuk furnitur dalam ruangan atau dekorasi. Pastikan diberi obat anti-serangga dan lapisan finishing (misal cat duco atau clear coat) supaya lebih tahan lama.
Dengan perlakuan tersebut, furnitur pinus bisa bertahan cukup baik untuk penggunaan ringan hingga sedang. Keuntungan lainnya, pinus sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindah sesuai selera Anda menata ruangan.
Dari sisi estetika, seratnya halus dan warna terang pinus memberikan nuansa hangat. Bagi yang suka gonta-ganti warna furnitur, pinus juga “ramah cat” – ia mudah diwarnai atau dipoles ulang saat Anda ingin suasana baru.
Jadi, meski kayu pinus bukan jawara ketahanan, ia tetap punya tempat tersendiri di hati pecinta furnitur, khususnya mereka yang punya budget terbatas atau suka bereksperimen dengan gaya. Selama Anda menyadari keterbatasannya dan memberikan perhatian ekstra, furnitur pinus dapat menjalankan fungsinya dengan baik beberapa tahun ke depan.
Jenis Kayu Lainnya: Merbau, Sonokeling, hingga Trembesi – Mana Paling Awet?
Selain empat jenis di atas, ada beberapa kayu lain yang sering disebut-sebut dalam dunia furnitur. Masing-masing punya karakter unik, dan tak ada salahnya kita berkenalan singkat dengan mereka:
Merbau
Salah satu kayu keras tropis yang terkenal sangat awet dan kuat. Merbau memiliki kelas keawetan I, mendekati jati dalam hal ketahanan terhadap cuaca dan hama. Warnanya cokelat kemerahan gelap dengan serat yang indah.
Sering dipakai untuk lantai parket dan furnitur outdoor karena tahan air dan tidak mudah lapuk. Kekurangannya, kayu ini cukup berat dan kadang mengeluarkan getah atau minyak (tannin) yang bisa meninggalkan noda jika terkena lantai saat pertama kali dipasang sebagai furnitur baru. Namun secara keseluruhan, merbau adalah pilihan top untuk Anda yang menginginkan furnitur kokoh dan awet dalam jangka panjang.
Sonokeling (Rosewood)
Kayu eksotis berwarna gelap dengan pola ungu-hitam yang menawan. Sonokeling juga termasuk kelas awet I, artinya daya tahannya sangat tinggi terhadap rayap maupun jamur. Banyak digunakan untuk detail dekoratif, veneer mewah, atau furnitur klasik bernilai tinggi.
Teksturnya keras dan padat setara jati, bahkan secara kekuatan bisa lebih tinggi. Karena keindahannya, sonokeling sering hadir sebagai aksen seperti top table atau panel lemari. Sisi minusnya, kayu ini makin langka dan mahal, serta sulit didapat dalam ukuran besar.
Jika Anda beruntung memiliki furnitur sonokeling, rawatlah baik-baik karena ia bisa bertahan sangat lama dan sekaligus menjadi investasi seni.
Ulin (Kayu Besi)
Inilah legenda ketahanan dari Kalimantan. Kayu ulin dikenal luar biasa keras, berat, dan tahan terhadap air maupun tanah. Kelas keawetannya I, bahkan konon jembatan dan tiang rumah tradisional banyak memakai ulin karena sanggup terendam air puluhan tahun tanpa keropos.
Untuk furnitur, ulin sesungguhnya jarang dipakai karena kesulitannya dalam pengolahan (saking kerasnya bisa bikin mata pisau tumpul!) dan bobotnya yang sangat berat. Tetapi ada juga yang membuat bangku taman atau lantai decking dari ulin demi ketahanan ekstra. Jika Anda menginginkan furnitur yang tak bisa mati dan tak keberatan soal berat, ulin adalah juaranya.
Sungkai
Kayu dengan tampilan serat cantik kekuningan yang cukup populer sebagai alternatif murah. Sungkai masuk kelas awet III – mirip mahoni, sehingga lebih cocok untuk furnitur indoor. Kelebihannya, kayu ini mudah diolah dan memiliki pola serat dekoratif alami yang sering dibandingkan dengan jati muda.
Harga sungkai relatif terjangkau. Kekurangannya, untuk pemakaian jangka panjang harus diberi lapisan pelindung karena rentan lembap dan serangga. Furnitur dari sungkai bisa bertahan lama di ruang tamu atau kamar, asalkan dijauhkan dari air langsung dan rutin dibersihkan.
Trembesi (Kayu Suar)
Bintang yang sedang naik daun berkat tren meja solid utuh berukuran besar. Trembesi punya daya tarik pada ukurannya yang bisa sangat besar sehingga cocok untuk meja makan slab satu papan utuh.
Soal ketahanan, trembesi tergolong kelas awet III-IV, tidak setangguh jati atau merbau. Artinya furnitur trembesi sebaiknya untuk indoor atau area terlindung. Kabar baiknya, kayu ini cukup tahan terhadap serangan rayap selama kondisinya kering (beberapa sumber menyebut ada kandungan yang kurang disukai hama).
Namun kelemahannya, trembesi kurang tahan pada kelembapan tinggi, bisa mudah berjamur atau melengkung jika kena perubahan cuaca ekstrem. Jadi, meja trembesi yang tebal itu idealnya diletakkan di ruang makan dalam rumah, bukan di taman terbuka. Dengan perawatan finishing yang tepat, trembesi bisa awet dan tentu menghadirkan estetika eksotis yang sulit ditandingi jenis kayu lain pada kelas harganya.
Tabel Perbandingan Daya Tahan Kayu untuk Furnitur
Jenis Kayu | Ketahanan terhadap Kelembapan | Ketahanan terhadap Rayap & Jamur | Umur Rata-rata Furnitur | Perawatan | Harga Relatif | Cocok untuk Ruangan |
---|---|---|---|---|---|---|
Jati | Sangat tinggi (alami berminyak, tahan air) | Sangat tinggi (kelas awet I) | 30–50 tahun | Rendah | Mahal | Indoor & Outdoor |
Mahoni | Sedang (butuh finishing pelindung) | Sedang (kelas awet III, rentan rayap jika lembap) | 10–15 tahun | Sedang–Tinggi | Sedang | Indoor |
Akasia | Tinggi (cukup tahan lembap dengan finishing) | Tinggi (kelas awet II, relatif tahan hama) | 15–25 tahun | Sedang | Sedang–Mahal | Indoor & Outdoor terlindung |
Pinus | Rendah (mudah lembap & lapuk) | Rendah (kelas awet III–IV, sangat rentan serangga) | 5–10 tahun | Tinggi | Murah | Indoor |
Merbau | Tinggi (tahan air & cuaca tropis) | Sangat tinggi (kelas awet I) | 20–40 tahun | Rendah | Mahal | Indoor & Outdoor |
Sonokeling (Rosewood) | Tinggi | Sangat tinggi (kelas awet I) | 30+ tahun | Rendah | Sangat Mahal | Indoor (mebel klasik, dekoratif) |
Trembesi (Suar) | Rendah–Sedang (rawan melengkung) | Sedang (cukup tahan jika kering) | 10–15 tahun | Sedang | Sedang | Indoor |
Sungkai | Sedang (butuh finishing) | Sedang (kelas awet III) | 10–15 tahun | Sedang | Murah–Sedang | Indoor |
Tentu masih banyak jenis kayu lain seperti Oak (Ek) dan Walnut dari mancanegara yang juga terkenal kuat, atau Jati Belanda (pine) daur ulang dari palet yang murah meriah. Namun, contoh-contoh di atas adalah yang paling umum diperbincangkan dalam konteks furnitur di Indonesia. Masing-masing punya kelebihan, jadi pilihan terbaik kembali lagi pada kebutuhan dan preferensi Anda.
Menemukan Kayu Terbaik: Kesimpulan dan Saran
Pada akhirnya, tidak ada satu jawaban tunggal untuk jenis kayu mana yang paling unggul, karena semua tergantung bagaimana dan di mana furnitur itu digunakan. Ibarat memilih kendaraan, Anda harus sesuaikan dengan “medan” dan gaya berkendara.
Bila Anda butuh meja atau kursi untuk pemakaian outdoor jangka panjang tanpa pusing perawatan, kayu jati tahan banting di segala cuaca dan jelas juaranya.

Namun, jika anggaran Anda terbatas tetapi tetap ingin solid wood yang kuat, kayu akasia bisa menjadi pahlawan dalam senyap dengan ketangguhannya. Sementara itu, kayu mahoni menawarkan keseimbangan antara kekuatan dan keindahan ukiran untuk indoor, asal Anda siap merawatnya agar tak lekas kusam atau dimakan hama. Dan untuk proyek kreatif atau furnitur ringan, kayu pinus layak dilirik; harganya ramah, tampilannya menawan sederhana, tinggal diberi sentuhan pelindung agar lebih awet.
Sebagai pembuat furnitur, kami selalu menekankan edukasi kepada pelanggan tentang karakter tiap kayu. Tidak jarang kami berdialog layaknya konsultan pribadi: “Butuhnya untuk apa dulu nih, Bu/Pak? Outdoor atau indoor? Suka warna alami atau mau dicat? Budget-nya berapa?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu mengerucutkan pilihan. Anda pun bisa melakukan hal yang sama sebelum memilih furnitur.
Pikirkan lingkungan penempatan, gaya yang diinginkan, serta seberapa lama Anda berharap furnitur itu bertahan. Jika masih bingung, jangan ragu untuk berdiskusi dengan penjual atau produsen furnitur tepercaya. Mereka (termasuk tim kami) biasanya senang hati berbagi pengetahuan agar Anda mendapatkan produk yang pas dan puas.
Sebagai penutup, kami ingin menggarisbawahi bahwa daya tahan furnitur kayu tidak hanya ditentukan oleh jenis kayunya saja. Cara pembuatan, kualitas finishing, hingga cara pemakaian Anda sehari-hari turut menentukan usia pakainya.
Furnitur yang awet adalah kombinasi material unggul dan cinta dalam perawatan. Jadi, mari bijak dalam memilih dan merawat furnitur kayu Anda. Semoga paparan di atas membantu Anda memahami perbandingan ketahanan berbagai kayu. Dengan begitu, Anda bisa lebih percaya diri saat menentukan pilihan – apakah akan meminang sang raja jati, si elegan mahoni, si tangguh akasia, atau sahabat lainnya.
Ingin konsultasi lebih lanjut atau melihat contoh langsung? Kami di Jepara siap membantu Anda. Kunjungi galeri koleksi furnitur jepara kami dan temukan sendiri keajaiban karya kayu yang indah sekaligus tahan lama untuk melengkapi rumah impian Anda. Kami percaya, dengan informasi yang tepat dan panduan ahli, Anda pasti bisa menemukan furnitur kayu yang klop di hati dan tahan diuji waktu. Selamat berburu furnitur idaman, dan semoga cerita keawetan kayu Anda nantinya sama menginspirasinya dengan bangku jati kakek kami tadi!